Channel: @BUTON_pedia
Masjid Agung Keraton merupakan masjid utama masyarakat Buton yang berlokasi di Kelurahan Melai Kecamatan Betoambari kota baubau,Profinsi Sulawesi Tenggara. Masjid Agung Keraton dibangun pada tahun 1712 pada masa pemerintahan Sakiyuddin Durul Alam,LaNgkariyri (Sultan Buton 19). Masjid ini merupakan tempat pusat kegiatan lembaga Kesultanan di bidang keagamaan dan para perangkatnya. Masjid tersebut didirikan di atas lubang kecil tempat Syekh Syarif Muhamad mendengar suara adzan di Mekkah,sehingga diyakini lubang tersebut merupakan pusat Bumi. metode yang digunakan oleh Syekh Syarif Muhamad dalam menentukan arah kiblat Masjid Agung Keraton Buton dengan menggunakan suara adzan pada lubang kecil yang terletak di atas bukit. Sejarah pembangunan Masjid Agung Keraton di Bau-Bau,Sulawesi Tenggara,banyak diwarnai mitos,Tetapi cerita mitos tersebut boleh jadi mengandung kebenaran jika dikaitkan dengan mukjizat para nabi dan waliyullah di masa lalu. Atas izin Allah,mereka dapat berbuat sesuatu di luar jangkauan akal manusia,Karena hebatnya peperangan yang berkecamuk selama tiga bulan itu sampai orang tidak mengenal(lupa)hari,Dalam suasana kalut itu seorang penyebar agama Islam yang bermukim di Keraton Wolio,yang bernama Syarif Muhammad,suatu saat mendengar suara azan dari sebuah bukit kecil di keraton itu,Ia pun pergi ke bukit kecil itu. Ternyata suara azan tadi keluar melalui sebuah liang yang ada di bukit itu. Selanjutnya,setelah suara azan,Syarif Muhammad mendengar lagi suara orang banyak sedang melakukan shalat Jumat,dikatakannya tempat orang shalat itu adalah Mekah Peletakan tiang itu di dalam masjid bukanlah dimaksudkan untuk dikeramatkan oleh umat Islam zaman lampau,apalagi yang posisinya persis searah dengan kiblat bila mengerjakan shalat di masjid tersebut Liang itu sengaja ditempatkan dalam Masjid Agung agar terhindar dari kemungkinan pencemaran oleh manusia Bagaimanapun kehadiran Masjid Agung Keraton di tempat itu bercikal bakal dari adanya liang atau pusena tanah tersebut Tatkala Masjid Agung itu dibangun oleh Sultan Sakiuddin Darul Alam pada tahun 1712,liang yang sesungguhnya adalah pintu gua di bawah tanah itu berukuran kira-kira sebesar badan manusia, pintu gua tersebut tegak lurus menghadap ke atas dan konon dalamnya tidak dapat terduga Rehabilitasi Pada tahun 1930-an di masa pemerintahan Sultan Hamidi,Sultan Buton ke-37,Masjid Agung itu pertama kali mengalami rehabilitasi tanpa mengubah bentuk aslinya Rehabilitasi itu antara lain mengganti atap dari rumbia (daun aren) menjadi seng, Mengganti sebagian kedi rangka kayu, konstruksi benteng pengintai ke wilayah Keraton Wolio,yakni susunan batu gunung dengan menggunakan perekat dari kapur,zat gula dari minyak kelapa dan kapuk,yang serupa dengan metode pembangunan benteng keraton buton Ketika dilakukan rehabilitasi itulah pintu gua tadi ditutup dengan semen sehingga liangnya kini menjadi kecil dan bulat sebesar bola kaki,Liang tersebut diberi penutup dari papan yang dapat dibuka jika ada yang ingin melihat pintu gua bersejarah itu Masjid Agung Keraton Buton di Bau-Bau berdiri di atas fondasi berukuran 41 x 42 meter,Fondasi dengan konstruksi dari batu gunung itu tampak di atas sebuah bukit kecil,Bangunan masjidnya berukuran 21 x 22 meter,Diperkirakan masjid kuno tersebut dapat memuat seribu orang jamaah Seperti halnya benteng keraton, masjid Agung ini memiliki 12 pintu masuk,Salah satu di antaranya merupakan pintu utama, karena letaknya di atas bukit melalui pintu utama maupun pintu-pintu lainnya dan harus naik tangga beton Bangunannya didukung tiang-tiang dan kerangka kayu kelas satu, Kerangka kayu tersebut baru sebagian kecil mengalami penggantian sekitar 60 tahun silam,Salah satu benda menarik yang terdapat dalam masjid selain pusena tanah tadi adalah sebuah lampu antik terbuat dari perunggu bercabang tiga,Lampu ini tergantung di tengah ruang masjid,Dari tiap cabang lampu tersebut tergantung pula masing-masing tiga mata lampu Konon, lampu semacam ini hanya terdapat di Keraton Yogyakarta dan Istana Negara di Jakarta Tetapi,yang paling menarik ialah perangkat syara’ (pegawai) Masjid Agung Keraton Buton yang termasuk besar jumlahnya dibanding dengan masjid bersejarah lainnya di Indonesia,Semuanya berjumlah 60 orang, terdiri atas seorang cjadhi ‘hakim’, seorang imam,empat orang khatib,12 orang muazin, dua orang tungguna ganda (pemukul beduk),dan40 orang jamaah tetap Semua anggota syara’ masjid tersebut diangkat oleh sultan dan harus orang bangsawan keraton Disiplin mereka juga kuat, sebab kalau lalai sedikit saja dapat dipecat langsung oleh sultan Hukuman yang paling berat adalah hukuman tambahan berupa pemecatan dari kebangsawanan,lalu dibuang ke tempat lain Tetapi,kini perangkat masjid syara’ itu tidak seutuh dan selengkap dulu lagi. #masjid agung keraton buton #masjid buton yang terhubung dengan makkah#islam populer masjid buton #kesultanan buton #buton #sulawesi tenggara #sejarah buton sulawesi tenggara #buton#kota baubau #masjid terunik di dunia